Tuesday, December 21, 2010

Sholeh Dalam Keluarga, Tantangan Terberat Para Suami


Istilah sholeh biasa kita jumpai dalam konteks ibadah, yaitu seseorang yang rajin melakukan amalan-amalan seperti sholat, baca Al-Qur’an, dan puasa. Istilah sholeh juga bisa kita jumpai dalam konteks sosial, yaitu orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Dia akan banyak kita jumpai dalam kegiatan-kegiatan seperti kerjabakti, santunan anak yatim, atau relawan penanggulangan bencana alam. Lalu, bagaimana seseorang dikatakan sholeh dalam konteks keluarga?

Semua tahu bahwa dalam sebuah keluarga, suami, atau ayah, adalah imam, pemimpin dalam keluarga tersebut. Tetapi tidak banyak yang tahu bagaimana menjadi imam atau pemimpin keluarga yang baik. Padahal, menjadi pemimpin keluarga yang baik itu sangat penting, karena bisa menjadi model kepemimpinan yang lebih besar, dalam lingkup daerah ataupun lebih besar lagi. Sayang sekali jika kita banyak mengkritik para pejabat publik, dalam waktu yang sama kita belum mampu menjadi pemimpin keluarga yang baik.

Setidaknya ada dua peran yang harus dijalankan seorang kepala keluarga, yaitu sebagai suami dan sebagai ayah bagi anak-anak. Seorang suami yang sholeh harus mampu berperan sebagai imam, teman, bahkan pembantu bagi sang istri. Sebagai Imam, suamilah yang membimbing dan mengarahkan sang istri. Dia harus bisa memberi contoh, dan menjadi kebanggaan keluarga. Kesatuan antara kata dan perbuatan mutlak dalam hal ini. Sebagai teman, seorang suami berarti harus siap menolong, mendengarkan, bahkan sebagai tempat curhat sang istri. Tidak ada lagi rasa canggung, apalagi takut saat istri mengungkapkan isi hatinya. Ini tentu susah, karena semua orang bisa memberi perintah, tetapi hanya sedikit orang yang bisa mendengar. Sedang sebagai pembantu, seorang suami harus paham kondisi dimana istri sudah kerepotan mengurus rumah tangga. Suami tidak merasa canggung saat harus membantu nyuci, nyetrika, ataupun belanja ke pasar. Bahkan saat masakan istri tidak enak sekalipun, suami akan memilih diam, demi menjaga perasaan sang istri.

Terhadap anak-anak, ayah yang sholeh harus mampu berperan sebagai idola, pembimbing, dan teman main mereka. Idola, karena anak akan meniru setiap kata dan perbuatan sang ayah. Pembimbing, karena anak-anak belum tahu betul mana yang baik dan mana yang buruk bagi mereka. Kedua peran ini, sebagai idola dan pembimbing, menuntut padunya antara kata dan perbuatan. Jika tidak, maka suatu saat anak akan komplain dan balik menyerang kita, apalagi anak-anak sekarang makin kritis. Sedang sebagai teman bermain, seorang ayah harus mampu berpikir dan bertindak layaknya anak-anak. Anak akan menemukan sosok kawan dalam pribadi sang ayah, sehingga dia tidak melulu bermain diluar. Jika seorang ayah mampu memerankan hal-hal diatas, Insya Alloh anak yang sholeh bukan impian lagi.

Wallohu a’lam.

No comments:

Post a Comment